Selasa, 25 Juli 2017

-MANJAE-

Tulisan Saya kali ini mengangkat topik tentang memulai hidup mandiri bagi pasangan suami istri yang baru menikah atau dalam istilah batak disebut Manjae.
Tapi sebelum kita bahas substansi tersebut ada baiknya kita memahami sistem sosial suku batak agar kita dapatenarik benang merah dari dua sisi sisi yang berbeda.

“Batak adalah salah satu suku bangsa di Indonesia yang menerapkan sistem Patriarki yaitu sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas.
Selain itu suku batak juga memakai garis keturunan Patrilineal yaitu suatu sistem adat masyarakat yang mengatur garis keturunan berasal dari pihak ayah.
Sistem ini menempatkan laki laki sebagai oknum yang paling dominan dalam segala hal”

------------------

(Baiklah… kita kembali ke topik Manjae…)

Sebaiknya pasangan suami istri yang baru menikah harus manjae, apapun kondisinya.
Sebab jika pasangan baru tersebut memutuskan tinggal dirumah orang tua malah akan muncul banyak konflik dan dalam hal ini yang selalu jadi korban konflik adalah wanita.

Pada satu sisi ada pasangan baru yang memutuskan tinggal dirumah orang tua karena pertimbangan ekonomi, tapi disisi lain ada pasangan rumah tangga baru yang tinggal serumah dengan orang tua karena keinginan orang tua, biasanya hal ini terjadi pada anak laki laki karena orang tua ingin agar anak lelakinya tinggal bersama dia dengan berbagai faktor.
Namun apapun alasannya, tinggal di rumah orang tua hanya akan membuat wanita (istri) menjadi tertekan batin.

Dalam kehidupan masyarakat batak, seorang wanita yang akan menikah pasti mengalami stress berat.
Stress ini bukan karena memikirkan biaya pesta, bukan karena memikirkan salon, bukan karena memikirkan bagaimana kedepannya dll, dia setress karena memikirkan keluarga baru dari pihak suaminya.
Dia akan menghabiskan energinya untuk memikirkan apakah mertuanya baik ? apakah Eda (iparnya) baik ? dll.
Wanita (parumaen) adalah orang yang paling sulit diterima dikeluarga laki laki dan paling sulit beradaptasi, berbeda dengan laki laki yang sangat mudah masuk dan beadaptasi dengan keluarga wanita.
Secara psikologis hal ini mungkin disebabkan oleh karakter laki laki yang terbuka dan blak blakan sementara wanita lebih cenderung diam dan tertutup tetapi gelagat apapun yang timbul dari sikap diam seorang wanita akan kelihatan dari gestur tubuhnya.
Hal ini pula yang menyebabkan banyak EDA yang menerka nerka sifat EDA BARU nya tanpa mau berbicara to the poin.

Pertimbangan konflik pada wanita (istri) inilah yang menyebabkan hampir semua pasangan suami istri baru akan memutuskan MANJAE dari orang tuanya.
Mereka lebih rela mengontrak kamar petak sumpek yang penting hidup mandiri tanpa campur tangan dan intervensi dari pihak mana pun.
Sebab saat seorang pria (pengantin baru) membawa istrinya untuk tinggal dirumah orang tuanya maka akan banyak sekali campur tangan yang diterima istri dari mertua dan para eda.
Apalagi ada pepatah batak yang berbunyi “BAKKO NI NA JONOK DO BAU, NA DAO ANGUR” yang artinya adalah banyak kebaikan yang dilakukan seseorang tatapi tetap kena cerca karena tiap hari bertemu, sementara saudara yang jauh tinggalnya cukup hanya dengan mengirim uang NAPURAN sekali setahun akan harum namanya.
Sugesti Pepatah sepenggal itu saja sudah cukup membuat seorang wanita yang akan menikah tidak mau tinggal dirumah mertua.

Namun ada kalanya memang orang tua yang menginginkan anak dan menantunya untuk tinggal bersama mereka.
mungkin dengan pertimbangan orang tua kurang sehat, supaya ada mengurus masa tua mereka, dll.
Tapi pada kasus ini bukan berarti tidak ada masalah yang muncul, justru konflik batin antara menantu dan para eda semakin tegang.
Kenapa ? karena putri orang tua tersebut pastinya sudah ikut dengan suaminya dan tidak bersama mereka lagi,
Lalu saat Menantu mengganti peran para putri ini untuk mengurus ibu mereka secara psikis mereka akan merasa tersaingi dan ada kekuatiran terimbangi oleh si menantu.
Itu pula sebabnya banyak terjadi gesekan NA MAR EDA dalam situasi seperti ini.
“GODANG DO KEJADIAN SEGA RUMAH TANGGA ALA GESEKAN NI EDA.
MOLO SAHALI SAHALI DO AKKA NA MAREDA I PAJUMPANG BARU PE ROMANTIS BERENGON, ALAI MOLO TIAP ARI DO PAJUMPANG TUDOSHON RANGGITING NAMA I"

Idealnya memang sepasang suami istri yang baru menikah harus memisahkan diri dari rumah induk, sebab sebuah rumah hanya cocok untuk satu rumah tangga.

Lalu jika kita kaji apa hubungan Manjae dengan Patriarki ?
secara langsung sebenarnya tidak ada hubungan, namun sifat laki laki yang ingin berkuasa penuh pada istrinya membuat hampir semua laki laki batak memilih untuk menguasai istrinya.
Seorang laki laki tidak akan bisa menguasai itrinya jika dia tinggal bersama orang tuanya,
Seorang laki laki tidak bisa dominan kepada istrinya jika dia tinggal bersama Ayah Ibunya,
Seorang laki laki tidak akan bisa menjadi Hero,
Tidak akan bisa menjadi kekuatan otoritas,
Tidak akan bisa menjadi tiang penyangga,
Selama dia masih tinggal dirumah orang tuanya.
Bagaimana mungkin seorang laki laki bisa berkuasa atas istrinya jika setiap hari istrinya masih menerima campur tangan dari eda (ipar) dan simatua (mertua) ?
Lantas bagaimana caranya agar kekuatan PATRIARKI Lelaki ini bisa dilaksanakan ?
Jawabannya adalah PINDAH RUMAH alias MANJAE

-------%-------%--------

Horas.....!!!
Saya Marulak Sinurat   
http://marulaksinurat.blogspot.co.ig

***Artikel ini Saya tulis dari curahan hati seseorang wanita
NO NAME yang rumah tangganya berakhir karena intervensi Eda (Ipar).
Tantangan para istri yang tinggal di rumah mertua banyak sekali,
mungkin saja mertua mu baik tapi bisa jadi eda mu tidak baik.
kemungkinan kemungkinan itu bisa terjadi sebab anda hanya dipandang sebagai wanita pendatang di keluarga tersebut.
Koreksi tambahan untuk para pria yang membawa istri tinggal dirumah orang tua, dalam segala hal pertimbangkan lah bahwa istri mu adalah dirimu sendiri, jadi percaya lah pada orang tua dan kakak kakak mu tanpa mengabaikan istri mu.

1 komentar: