Jumat, 25 Mei 2018

-PUTRA KERATON-
Aku terlahir dengan bakat alam yang tidak pernah kesampaian ujung rimbanya dimana akibat ekonomi yang antah berantah.

Aku harus merasakan ditinggal pergi Ayah (kami memanggilnya bapak) saat masih kelas 4 sekolah dasar.
Satu tahun berikutnya abang sulung memboyong aku ke sebuah desa bernama desa Sigompulon, Kecamatan Pahae Julu, Tapanuli Utara.

Waktu itu abang sulung bilang ke ibu (kami memanggilnya Mamak) :
“mak si adek sama saya saja, biar saya yang sekolahin, biar berkurang beban mamak, biar saya didik dia”

Mamak hanya bilang : “Tanya lah adik mu, kalau dia mau bawalah”
Sebenarnya dulu aku malas ikut sama abang, tapi abang ku sangat paham meluluhkan hatiku

Dia bilang : “ayok adek ikut sama abang aja, nanti kita lihat danau toba loh, luas sekali danaunya”
Yaa hanya dengan sebuah kalimat sakti “danau toba” saja aku sudah klepek klepek setuju, kebetulan pagi harinya di sekolah sedang ada pelajaran IPA mengenai daftar danau terbesar di Indonesia dan waktu kecil itu aku belum pernah melihat danau toba sebelumnya.
Dalam imajinasiku saat itu setiap hari aku akan mandi di danau toba
HaHaHa itulah imajinasi anak kecil

Hingga esoknya saat aku tertidur di Bus Bintang Utara tujuan Medan-Tarutung, aku dibangunkan abangku
Dekkk….. lihat itu danau toba…”kata abang ku”

Aku terperanjat menyaksikan indahnya danau toba dari jalan berliku diatas bukit

Sudah sampai… aku akan mandi sepuasnya di danau toba “pikirku dalam hati”

Tapi bus Bintang Utara ini tidak ada berhenti, dia tetap melaju….
Mulai dari danau toba kelihatan saubrit diujung bukit sampai dengan terpampang luas didepan mata lalu sampai menghilang dari pandangan mata, bus ini tetap melaju dengan kencangnya hingga menjelang petang kami tiba disebuah desa yang sunyi sepi dikelilingi hutan dan pegunungan
Setelah besar baru aku tau jarak danau toba ke Tarutung masih 100 km lagi dan bus Bintang Utara yang kami naiki hanya melintasi danau toba
HaHaHa aku kena perangkap abang ku.

Dari kecil kami memang diajarkan bapak untuk tidak mengeluh dan bersungut sungut, itu sebabnya aku mengiklaskan diri terdampar disebuah desa yang jaraknya beratus kilo meter dari kampung tercinta di Deli Serdang.

Aku bersyukur bisa dididik abangku, berkat didikan abangku inilah aku bisa menjadi kuat dalam segala hal.
Sebenarnya aku tipe orang yang manja,
Aku tidak pandai dan tidak bisa mengerjakan apapun saat masih di kampung.
Aku tidak mau ke ladang, takut hitam
Aku tidak mau ke sawah, takut pacet
Aku tidak mau mencangkol, takut tangan pecah pecah
Setelah aku ikut abang sulung ini, sifat dan tabiatku berubah 180 drajat
Aku harus bisa mengerjakan apapun,
Aku harus berani melewati kuburan jam 5 pagi,
Aku harus berani mencari kayu bakar di hutan,
Aku harus berani membeli spritus melewati kuburan tua itu malam buta untuk lampu strongking yang sudah mulai meredup,
Aku harus bisa bangun jam 5 pagi,
Aku harus bisa berladang,
Aku harus bisa menyuci baju sendiri,
Aku harus bisa mengurus diri sendiri,
Semua harus bisa,
Dan aku menikmati semua itu sebagai sebuah proses belajar hidup mandiri

Aku tamat dari SD N 174576 Tarabunga Sigompulon dengan NEM 31.32.
NEM ku tertinggi kedua di SD kami dan tertinggi ke 3 saat aku mendaftar ke SMP N Sigompulon.
Selama disekolah aku tidak pernah mau menonjol tapi jika aku ditunjuk guru untuk melakukan apa pun aku siap sedia.
Siapa mau begini ? “jika guru bertanya begitu” aku diam saja, tetapi jika guru mengatakan “Marulak Sinurat hari senin kamu yang baca pembukaan UUD 45, maka aku siap sedia dan menjawab “iya pak”.
Selama bersekolah aku tidak pernah dapat nilai merah, nilai terendahku 6 itu pun sudah mata pelajaran yang paling aku tidak mengerti “FISIKA”.
Aku selalu menonjol dan mendapat nilai lebih pada 3 bidang studi yaitu Agama, PMP dan Bahasa Indonesia.
Pada 3 bidang studi ini nilaiku selalu berputar antara 8 dan 9, tidak pernah 7, 6 apalagi merah.
Aku tamat dari SMP N Sigompulon dengan NEM 41.42 , tertinggi diatas aku ada 42.41

Tamat SMP, abang bertanya : “kamu mau lanjut kemana ? ke STM lah ya dek ?”

Aku diam saja…

Abangku tau apa yang ada dalam pikiranku

Kalau kau masuk SMA tidak ada gunanya kalau tidak kuliah, dari mana uang kita bayar kuliah.
Kalau kau masuk STM bisa langsung kerja dek.
(Dulu memng begitu pandangan umum dunia pendidikan di Indonesia, orang yang masuk SMA memang orang orang yang mau kuliah dan orang yang masuk STM adalah orang orang yang mau cepat bekerja supaya bisa membantu perekonomian keluarga.
Tapi memang hal ini nyata pada diriku mana kala aku langsung diterima bekerja disebuah perusahaan tanpa STTB, waktu itu STTB dari sekolah belum keluar tapi aku sudah diterima bekerja di perusahaan tersebut)

Ya sudah masuk STM lah bang… “jawab ku”

Aku harus tau diri, sadar diri dan mengerti diri....

Sebulan berikutnya aku sudah berada di Lubuk Pakam, ibu kota Kabupaten Deli Serdang.
Abang sulung selalu setia mendampingi aku mendaftar di STM N Lubuk Pakam
Saat mendaftar, aku memilih jurusan Listrik, aku melihat raut kecewa di wajah abang
Masih tinggi kali NEM mu ini dek, bisa masuk jurusan mesin “kata abangku”
Mesin minimal 36 sementara NEM mu 41.42, sayang kali kau lepaskan mesin “lanjut abangku”
Memang dulu begitu sistem masuk sekolah di STM, hanya ada tiga jurusan “Mesin, Listrik dan Bangunan”.
Dulu tidak pakai tes bakat dan kejuruan, yang penting NEM calon siswa memadai maka bisa langsung masuk sesuai kuota siswa.
NEM tertinggi itu selalu di jurusan mesin, kemudian Listrik dan terendah itu jurusan bangunan.
Jika kuota jurusan mesin saat itu misalnya 300 orang dan yang mendaftar 500 orang maka NEM tertinggi diurut dari atas sampai nomor 300 itulah yang lulus, selebihnya gagal.

Kau ambil pun mesin masih jauh kali nilai mu di atas, kau lihat dipapan tulis itu masih 40 koma sekian NEM tertinggi yang mendaftar di mesin “kata abangku lagi”

Aku listrik aja bang, aku lebih nyaman listrik “kata ku”

Sekali ini abangku benar benar mengalah, dia ikhlaskan aku memilih listrik

Saat pengumuman nama nama siswa yang diterima, aku melihat namaku Marulak Sinurat berada di urutan kedua,
itu sebabnya aku dimasukkan ke kelas B.
Jurusan listrik hanya ada dua kelas, Listrik A dan Listrik B
NEM tertinggi masuk dikelas A, NEM kedua masuk dikelas B
NEM ketiga dikelas A, NEM ke empat dikelas B
begitu seterusnya....

Semester pertama aku menjadi manusia yang liar, liar dalam tanda kutip mencari jati diri.
Diam diam aku selalu mengikuti kegiatan diluar sekolah yang bertolak belakang dengan kelistrikan HaHaHa
Aku harus diam diam dan sembunyi sembunyi jika tidak ingin kena marah sama abang.
Aku mengikuti pemilihan model, mengikuti lomba pop song, mengikuti lomba menulis cerpen dll.
Aku tidak punya uang untuk mengikuti semua itu sebab uang sekolah dan ongkos selama sebulan sudah dijatah PAS,
cara satu satunya adalah berbohong HaHaHa
Aku minta uang praktek, les pramuka, uang osis, uang kerja bangku, uang ini dan itu.
Saat itu aku seperti menyadari satu hal bahwa uang apapun yang aku minta yang penting untuk keperluan sekolah pasti diberikan abangku HaHaHa
Aku pernah ikut pemilihan REMAJA YUKI.
Dulu di Medan ada pusat perbelanjaan paling terkenal namanya DELI PLAZA (sekarang sudah menjadi superblock Deli Podomoro) dan di plaza tersebut ada pasaraya YUKI yang setiap tahun mengadakan acara pemilihan model sebagai brand mereka.
Aku juga pernah mengikuti pemilihan Top Model XON-CE di Medan Mall yang waktu itu dihadiri langsung oleh model iklan xon-ce Syahrul Gunawan dan Elma Theana.
HaHaHa aku masih ingat sepanjang acara itu aku sangat ketakutan ada orang yang mengenal aku (karena acaranya di atrium) lalu memberi tahu abangku “maka tamat lah riwayatku” HaHaHa
Aku juga masih ingat minta uang sama abang dengan alasan kelas kami mau ikut pelombaan kelas terbersih jadi semua siswa urunan untuk membeli barang yang dibutuhkan untuk merapikan kelas.
Nyatanya uang tersebut aku gunakan untuk foto closeup di Mari Foto Lubuk Pakam (ini salah satu foto studio terbaik di kota Lubuk Pakam hingga saat ini) karena aku sedang melengkapi syarat untuk pemilihan Cover Boy & Cover Girl tabloid remaja ANEKA Yess!
Dulu disingkat dengan Coboy&Cogirl ANEKA.
Aku tidak pernah serius belajar listrik saat itu HaHaHa

Bulan Desember, masih di semestaer 1 , sekolah kami mengadakan acara Natal bersama dan sebulan sebelumnya sudah diumumkan banyak perlombaan yang bisa diikuti para siswa.
Aku mendaftar dan memilih dua saja bidang yang aku kuasai yaitu lomba membaca ayat indah dan lomba Kotbah.
Seminggu sebelum acara natal sudah dimulai bermacam macam perlombaan, hasil dari perlombaan itu nanti akan diumumkan saat puncak perayaan natal dan dari dua perlombaan yang aku ikuti keduanya mendapat juara 1.
Namun apa daya…seminggu setelah itu saat pembagian rapot semester 1, terpampang nyata dirapot ku “RANGKING 22 dari 28 Siswa”.

Abang ku marah besar…
“Bodoh kau, 28 orangnya kalian satu kelas bisa pulak kau rangking 22, gak ada otak kau.
Buat apa kau juara ini itu kalau disekolah saja rangking 22”

Aku diam saja, aku tau salah dan aku tau abang ku akan lebih marah jika aku jawab.

“Kau sudah merokok ya ? kau cabut ya ? kau ke kuburan china ya, cabut kau disitu kan ? main cewek kau kan ? mau jadi apa kau hehhh..."
abang ku marah besar

“28 orang… nomor 22 pulak mata kau itu…”
PLAKKKKK… abangku membanting rapot ku kelantai

Malamnya antara setengah tidur setengah bangun aku mendengar abang dan kakak berdebat
Membicarakan aku.

Kakak ku bilang : “sudah lah gak usah marah marah sama dia, dia sudah besar”

Abang ku bilang : “dia itu bukan bodoh, dia itu pintar, otaknya encer tapi main main aja kerjanya, dia pikir aku gak tau ke kuburan china dia”

Memang dulu kami anak anak sekolah di Lubuk Pakam, dari sekolah mana saja menjadikan Kuburan China pasar Nol sebagai lokasi kumpul kumpul.
Tapi aku tidak pernah cabut, aku mangkal di kuburan China kalau sudah pulang sekolah saja.

Aku bertobat lah… mau rajin belajar lah… “begitu pikiran ku saat itu”

Tapi mana bisa anak ABG macam aku bertobat HaHaHa
Baru masuk semester dua saja sudah mendaftar lagi aku pemilihan Jaka Dara Medan, mendaftar lagi lomba pop song dll walau semuanya ZONK alias tidak dapat juara yang penting aku happy HaHaHa
Suatu waktu teman ku menyarankan aku untuk mengisi rubrik remaja disalah satu surat kabar terbitan Medan.
setiap surat kabar biasanya memberi slot khusus anak dan remaja pada edisi minggu.

Waktu itu aku bersama teman tersebut pergi ke simpang 4 Timbangan, disitu ada telepon koin dan cukup 100 rupiah bisa menelepon beberapa menit.
Kami menelepon pengasuh rubrik remaja disalah satu surat kabar tersebut, menanyakan bagaimana caranya ini dan itu,dll.
Dari seberang menjawab : “silahkan kirim artikel atau cerpen asli karya sendiri ke alamat berikut, nanti redaksi akan melihat dan memilih, jika layak maka akan diterbitkan dan setiap artikel yang terbit akan mendapat honor Rp.7.500-12.000 tergantung bobot tulisan"

Aku dan temanku segera mojok sambil minum es doger harga murahan HaHaHa
Aku menceritakankepada teman ku kalau abangku tau aku main main begini maka aku kena hajar sama dia, habis aku nanti, pasti akan ketahuan karena abangku juga langganan Koran itu.
Akhirnya kami menemukan solusi aneh...
Aku akan mengirim cerpen memakai nama PUTRA dan alamatku memakai alamat temanku
Aman terkendali kalau sudah begini HaHaHa

Keesokan harinya disekolah, teman ku bilang :
“nama PUTRA kurang bagus, tambah lagi lah entah apa biar keren”

Lalu bagaikan air mengalir dilembah biru nan luas, spontan saja aku bilang : “PUTRA KERATON”

Jadilah mulai saat itu aku mengirimkan cerpen dengan nama PUTRA KERATON ke salah satu surat kabar terbitan Medan.
Sedikit sedikit honor dari menulis cerpen itu yang aku gunakan untuk membeli barang barang murahan yang aku suka HaHaHa dan yang pasti mentraktir kawan seperjuangan ku untuk jajan rujak dan es doger kalau sedang nongkrong di kuburan China.
Orang susah seperti aku dan mungkin seperti sebagian orang mana mungkin dikasi kalau minta uang untuk beli gelang metal metal ala anak ABG, iya kan ? yang ada kena sembur malah...
Kalau aku waktu sekolah, lengkap semua aksesoris anak ABG sesuai jamannya mulai dari topi, cincin, gelang, kalung sampai kalung tatto yang nyentrik dan langka aku punya walaupun hanya harga murahan HaHaHa
Aku beli pakai uang sendiri di Pajak Pakam yang sekarang sudah menjelma menjadi gedung 4 lantai bernama DELI MAS.
Aku tidak pernah makan uang SPP dan uang sekolah lainnya.

Suatu waktu aku melihat abangku sudah selesai membaca Koran, segera aku ambil Koran tersebut dan aku melihat sebuah cerpen berjudul “KURSI GOYANG KAKEK” dan pada bagian bawah cerpen tertulis nama PUTRA KERATON.

Bibirku tersenyum simpul, hatiku berbisik....
“Abang ku sayang… Putra Keraton itu adalah aku, adik mu yang nakal dan selalu nongkrong di kuburan China”

HaHaHa....

Aku masih sangat menikmati menjadi Putra Keraton saat itu hingga saat pembagian rapot semester 2 aku melihat catatan di rapot ku “RANGKING 18 dari 28”
Pretasi yang tidak luar biasa ini membuat aku harus kena marah lagi di rumah

Cuma naik 4 ? apanya maksud kau ? sekolah apa seperti ini bisa pulak kau rangking 18 “Abangku langsung naik pitam”

Paling bodoh bodohnya kau harus bisa masuk 10 besar “PRAKKKK….abang ku mencampakkan rapot ku”

Dobol otak kau, dodong…. “abangku pergi sambil merepet”

Aku masuk kedalam kamar…
Memandang tumpukan buku yang tersusun rapi di meja belajar ku yang sederhana tanpa lampu meja seperti anak orang orang kaya disana.
Batin ku berbisik...
“apa yang terjadi pada dirimu Putra Keraton ?”
Huuuhhhh…. Aku membuang nafasku
Kenapa aku bisa menjadi bodoh hanya juara 22 dan 18 sementara aku seharusnya bisa lebih dari situ ?
Batinku berbisik lagi...

“Putra Keraton tidak harus melupakan Marulak Sinurat dalam keseharian. Putra Keraton hanyalah ILUSI sedangkan Marulak Sinurat adalah nyata. Kamu bisa 10 besar dalam dunia nyata mu sebagai Marulak Sinurat”
Huuuhhhh…. Aku membuang nafasku kembali...

Aku mengambil rapot ku waktu SD, aku punya dua Rapot.
Satu rapot di SD 107103 Patumbak dan satunya lagi di SD N 174576 Tarabunga Sigompulon, aku tersenyum melihat nilai nilai rapot ku yang bagus, TIDAK PERNAH ADA MERAH.
Lalu tangan ku menjulur meraih buku abu abu tipis ditumpukan buku, itulah rapot SMP ku, nilai dan rangkingnya bagus, TIDAK ADA JUGA MERAH disitu.
Aku memang menargetkan tidak boleh ada angka merah di rapot.
Lalu kenapa setelah di STM rangkingku jeblok ?

Aku selalu terngiang kata kata abang ku saat berdebat dengan kakak....
"dia itu tidak bodoh, dia itu kebanyakan main main”

Baiklah….
Aku akan mencoba membangkitkan kepercayaan abangku,
Aku akan menjadi Putra Keraton sekali sebulan saja sebab jika sekali seminggu menjelma menjadi Putra Keraton tentu saja menyita waktu ku sebagai Marulak Sinurat untuk belajar.
Aku ingin membuat wajah abangku sumringah saat pembagian rapot semester 3 nanti lantas dia akan membelikan aku sebungkus ROTI KETAWA sebagai hadiah.
Dan terbukti saat semester 3 aku rangking 9, aku melihat wajah bahagia abangku karena targetnya 10 besar tercapai,
secepat kilat dia berlari ke warung seberang untuk membeli sebungkus roti ketawa HaHaHa
Keluarga kami tidak mengenal tradisi REWARD barang mewah karena kami bukan orang kaya.
Keluarga kami lebih cenderung mempertahankan sebuah REAKSI atas prestasi, cukup hanya telor ceplok atau kerupuk opak satu plastik atau sebungkus roti ketawa adalah sebuah REWARD MENTAL dalam keluarga kami.
Lalu semester 4 aku rangking 6
Berikutnya semester 5 aku rangking 4
Dan puncaknya semester 6 aku rangking 2
Aku tamat dari STM N Lubuk Pakam dengan NEM 21.22 dan berada pada urutan ke 2 untuk program studi Listrik Instalasi.
Aku langsung bekerja disebuah perusahaan besar bahkan sebelum STTB ku keluar.

Aku selalu memiliki angka angka unik dalam hidup ku
Waktu SD NEM aku 31.32 tertinggi ke 2
Di SMP NEM aku 41.42 tertinggi ke 2
Di STM NEM aku 21.22 tertinggi ke 2 juga

Setelah dewasa dan setelah aku punya kehidupan sendiri aku justru menjadi rindu kepada PUTRA KERATON, sebuah nama misterius yang hanya diketahui oleh dua orang teman ku itupun setelah mulut mereka aku sumpal dengan kolak dingin setiap dapat honor HaHaHa

Ahhh Abang ku… aku memang nakal dulu,
Tapi aku tidak pernah merokok,
Aku tidak pernah cabut,
Aku juga nongkrong di Kuburan China bukan untuk main TUOK seperti mereka, aku hanya mencari insfirasi di Kuburan China.

Abang ku sayang.... terimakasih sudah mendidik aku ala perang militer sehingga aku menjadi orang yang kuat mental,
Sehingga aku bisa mengurus diriku sendiri,
Sehingga aku tidak pernah merepotkan orang lain,
Sehingga aku tidak jadi pencuri sebab pantangan terbesar yang diwariskan bapak kita adalah JANGAN MENCURI.
Maafkan aku adik mu yang selama berpuluh tahun menyimpan rahasia tentang PUTRA KERATON
Mengenai siapa OPPUNG MITTOP, abang ku tau itu
Tapi mengenai siapa PUTRA KERATON, dia tidak pernah tau sebab Putra Keraton tidak pernah menampakkan wujud nyata kala itu.

Ditulis Tanggal 6 April 2018
Marulak Sinurat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar