Jumat, 12 Januari 2018

-JIKA SAYA DJAROT DAN ANDA EDY, APAKAH KITA HARUS BERMUSUHAN-

Warga Sumut semoga menjadi warga negara yang sehat berdemokrasi.

Ungkapan ini yang pertama akan saya sampaikan kepada kita semua mengingat TENSI pilkada sumut kali ini sangat berbeda dimana untuk pertama kalinya ada calon gubernur yang bukan putra daerah maju dalam kontestasi pilkada sumut 2018.

Sebenarnya menurut saya yang membuat ribut sebuah pilkada itu para pendukung calon gubernur.
Kalau mereka para calon gubernur mah tenang tenang saja justru masyarakatnya yang pada ribut.

Kita menjadi bodoh bersikap seolah olah orang yang berbeda dengan kita adalah musuh kita.
Mental kita benar benar mundur, jauh mundur bahkan jika dibandingkan dengan manusia jaman batu.

Anda memilih Edy sementara tetangga anda memilih Djarot, apakah anda akan bermusuhan hanya karena pilkada ?

Coba pikirkan lagi...
➡Jika ada keluarga mu yang sakit tengah malam, bukan calon gubernur yang pertama menolong.
Anda tau siapa yang pertama hadir ?
TETANGGA ANDA !!!
➡Jika ada keluarga mu yang kemalangan, bukan calon gubernur yang datang memasang tenda.
Anda tau siapa yang akan memasang tenda ?
TETANGGA ANDA !!!
➡Bahkan jika garam di dapurmu kebetulan habis sementara anda sedang memasak sayur lodeh idaman, bukan pula kerumah calon gubernur anda datang meminjam garam.
Anda tau kerumah siapa anda meminjam garam secuil ?
TETANGGA ANDA !!!

Lalu untuk apa anda bermusuhan hanya karena berbeda pilihan.

➡Apakah jika anda memilih Edy maka wajib hukumnya semua yang anda kenal harus memilih beliau juga ?

➡Atau apakah jika anda memilih Djarot maka semua orang yang anda kenal diseluruh dunia harus memilih beliau ?

Kita MUNDUR PARAH dalam hal demokrasi belakangan ini seolah olah demokrasi adalah BEBAS MEMUSUHI ORANG YANG BUKAN SATU PILIHAN.

Mengapa kita tidak belajar HAL POSITIF dari kontes dangdut di televisi ?
Anda tidak pernah melihat atau pura pura tidak melihat ?
Anda tidak tau atau pura pura tidak tau ?

Apakah anda adalah orang yang sangat tidak suka dangdut sampai sampai anda lupa bahwa kontes dangdut di televisi sangat positif diadaptasi dalam pilkada.

Coba anda lihat saat Fildan tampil, bukan hanya spanduk Fildan yang berkibar, para pendukung Putri dan Aulia juga ikut serta merta mendukung.
Pun sebaliknya saat Aulia yang tampil, semua pendukung kontestan lain memberi semangat.
Para pendukung kontestan mengabaikan siapa yang menang, yang ada dalam pikiran para pendukung adalah MEMBERI DUKUNGAN DAN SEMANGAT kepada setiap kontestan yang tampil.

Kenapa kita sebagai masyarakat yang SUDAH PINTAR PINTAR tidak mengambil satu "persaingan positif antara pendukung" dalam acara kontes dangdut tersebut ?

Kita itu sebagai masyarakat kadang taunya membuat ribut saja.
Ada pendukung Djarot, yang lain benci.
Sebaliknya ada pendukung Edy, yang sebelah sana benci.
Padahal para calon gubernur baik baik saja tapi kita yang saling bermusuhan.
Mereka para calon gunernur duduk bersama disana makan enak sementara anda bermusuhan dengan tetangga dan teman teman, ANEH KAN ?

Lalu bagaimana kira kira sikap kita masyarakat sumatra utara agar tidak saling bermusuhan ?

Menurut saya ada 3 tips supaya hatimu bebas dari bibit permusuhan :

1. Anda harus sadar bahwa SETAN PERMUSUHAN & SETAN KEBENCIAN adalah Media Sosial.
Jadi baca baik baik setiap berita yang ada di media sosial.
Jangan biasakan membaca judul saja lalu berkomentar mencaci maki.
Berkali kali saya ibaratkan agar kita para pengguna media sosial jangan seperti mulut buaya dimuara sungai yang menganga lebar menelan apa saja yang melintas bahkan kain lap pun ditelan.
Coba dibaca....dibaca...dan dibaca...
jika cocok silahkan tanggapi tetapi jika tidak cocok abaikan saja.

2. Untuk para pendukung Djarot,  Jika ada teman mu yang memposting satu hal tentang cagub Edy, jangan paksakan kehendak anda berkomentar karena itulah awal pertengkaran.
Dia juga punya hak memposting sesuai pilihan hatinya, jadi tidak usah arogan mengomentari sesuatu yang menjadi hak beliau.

3. Pun begitu para pendukung Edy, jika ada teman mu yang memposting hal tentang Djarot, biarkan saja, tidak usah ikut ikutan berkomen, dia juga punya hak memposting apa yang dia sukai.

Semua awal keributan itu berasal dari media sosial dan penyebabnya adalah masing masing orang merasa berhak masuk berdebat dan memaksakan kehendak "dirumah orang lain".

Kapan majunya demokrasi kita jika setiap 5 tahun bermusuhan aja kerjaan.
Lama lama anak anak kita akan saling bermusuhan gara gara orang tuanya juga bermusuhan.

Ayok teman pilih lah pilihan mu tanpa memusuhi orang yang berbeda pilihan.

Jangan terlalu asik bermusuhan sampai anda lupa anak anda belum diimunisasi.

Hayooo urus anak mu, dampingi mengerjakan PR, temani istri mu dirumah, lihat beras didapur masih ada tidak ?
Jangan terlalu berlebihan memusuhi orang hanya karena pilkada
😃😃😃

Jadi bagimana ?
Jika saya pilih Djarot apakah anda akan memusuhi saya ?

Kalau saya sejujurnya siapapun yang anda pilih saya tetap akan berteman dengan anda.
Kenapa ? Karena kalau suatu waktu saya tiba tiba pingsan ditengah jalan, yang menolong saya bukan calon gubernur tapi anda semua teman teman saya.

Simpel kan ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar