Kamis, 19 Januari 2017

-PERSAHABATAN TANPA MEMBEDAKAN AGAMA-

Tahun 1889 di Damascus, Syria.

Mohammed dan Sameer adalah dua sahabat sehidup semati yang melewati batas agama.
Mohammed adalah seorang Buta beragama Islam sedangkan Sameer adalah seorang yang lumpuh beragama Kristen.
Mereka berdua sama sama yatim piatu, mereka berdua tinggal disatu rumah dan mereka berdua sama sama bekerja di warung kopi.

Dalam aktifitas sehari hari, Mohammed bergantung pada mata Sameer sebagai navigasi nya untuk berjalan begitu pun Sameer bergantung pada kaki Mohammed untuk melangkah.

Hanya salah satu dari mereka yang dapat melihat dan salah satu yang dapat berjalan lalu mereka berdua menggabungkan kekurangan mereka masing masing untuk sebuah energi kehidupan yang positif.

Setiap hari Mohammed menggendong Sameer saat akan pergi dan pulang bekerja dan kemana pun Mereka pergi. 
Mereka berdua tidak pernah menjadikan perbedaan agama sebagai jarak sebab mereka berdua sadar perbedaan agama itu dapat disatukan dengan cinta kasih.

Jika tahun 1889 yang katanya tahun primitif saja sudah ada Cinta Kasih, mengapa justruh di tahun modern ini cinta kasih itu pudar ?

Jika di negara negara yang jelas jelas tercatat dalam KITAB SUCI AGAMA ISLAM DAN KRISTEN saja bisa terjalin kerukunan umat beragama, mengapa justru di negara Indonesia yang tidak ada disebut dalam kitab suci MERASA LEBIH SUCI DARI KITAB SUCI ?
Apakah kita tidak malu kepada diri sendiri yang selalu SIBUK MENGURUSI KEYAKINAN ORANG LAIN tanpa ada perbuatan nyata untuk menciptakan kedamaian ?

Kisah nyata Mohammed dan Sameer Ini memberi berkah kepada saya untuk menarik ringkasan cerita tersebut kedalam slogan imaginasi saya :
"PERBEDAAN AGAMA TIDAK ADA ARTINYA DALAM PERSAHABATAN JIKA KITA MENYADARI BAHWA KITA SEMUA SETARA DIHADAPAN TUHAN"

Salam damai....
Menjadi Agamawan tidak harus membuat kita merasa paling benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar