Senin, 04 Desember 2017

-MARBINDA-

Marbinda berasal dari kata Binda yang artinya “Menyembelih hewan dengan cara bergotong royong”.

Marbinda (baca Marbidda) adalah tradisi turun temurun dalam masyarakat suku Batak yang memiliki makna positif.

Tradisi ini biasanya mulai dirancang sejak bulan januari atau februari setiap tahunnya dan akan dilaksanakan bulan Desember saat menyambut natal atau saat Tahun baru (tergantung kesepakatan).
Hanya saja karena masyarakat Batak di Sumatra sudah terbiasa memaknai natal dan tahun baru dalam SATU PAKET sehingga Marbinda lebih identik dengan tradisi Natal.

Hewan yang akan di binda biasanya Kerbau, Lembu atau Babi dan tergantung juga dari besarnya dana.

Marbinda dilaksanakan oleh kelompok kolompok dalam satu LUAT (kampung) dan biasanya masing masing kelompok diberi nama.
Bisa jadi satu orang ikut dalam tradisi binda lebih dari satu kelompok.
Anggota masing masing kelompok binda terdiri dari 30 sampai 50 KK atau dalam skala kecil bisa saja dibawah 30 KK.
Masing masing anggota akan menyetorkan dana angsuran setiap bulan sesuai dengan kesepakatan.
Misalnya kesepakatan kelompok untuk hewan yang  dibinda adalah kerbau, maka mereka akan menghitung taksiran harga sampai bulan Desember sekitar Rp.13.000.000, jumlah anggota 50 KK maka 1 KK akan membayar Rp.260.000 dan diangsur setiap bulan. Jika misalnya kelompok tadi terbentuk bulan Januari maka yang harus diangsur menjadi Rp.23.700 per bulan.

👉Mengapa Marbinda selalu dilaksanakan saat Natal ?
✔Karena ada nuansa PENGORBANAN dikedua tradisi tersebut.

Natal adalah pengorbanan dan orang batak ingin menghidupkan suasana pengorbanan itu dalam bentuk tradisi yang nyata yaitu MARBINDA.

Banyak hal positif yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari dari tradisi Marbinda ini, antara lain :

1. Hewan yang disembelih harus dibagi rata dengan anggota. misalnya jumlah anggota 50 KK dan kerbau Binda seberat 150 kg maka masing masing KK akan mendapat 3 kg.
👉Hal ini bermakna ADIL

2. Dalam tubuh hewan hewan binda baik kerbau, Lembu ataupun Babi memiliki bagian bagian yang menjadi Favorit karena dipercaya memiliki filosofi misalnya bagian Hati dan paru paru atau dalam bahasa batak dinamai RAK.
Maka dalam marbinda RAK tersebut dibagi rata dengan semua anggota.
👉Hal ini bermakna SALING MENGHARGAI

3. Masing masing KK melalui Proses mengangsur uang setiap bulan dengan besaran sesuai kesepakatan.
👉Hal ini bermakna MANDIRI, pantang orang batak minta minta

4. Proses menyembelih hewan pada hari H melibatkan semua anggota kelompok
👉Hal ini bermakna KEBERSAMAAN dan GOTONG ROYONG

Selain itu MARBINDA juga adalah bentuk kemandirian masyarakat Batak akan kebutuhan individunya tanpa harus meminta sumbangan kepada pemerintah dalam hal penyediaan pangan.

Sayangnya seiring semakin berkembangnya jaman, Tradisi Marbinda juga semakin tergerus.
Setiap tahun semakin berkurang LUAT yang melaksanakan Marbinda saat Natal.

Mungkin sebagian orang terlalu sibuk dengan dirinya sendiri, atau mungkin faktor semakin membaiknya taraf hidup sehingga merasa tidak perlu lagi ikut dalam kelompok Binda.
Entah apa pun motifnya yang jelas MARBINDA semakin asing ditelinga generasi muda Batak saat ini.

Sebaiknya para orang tua juga berbagilah kearifan lokal oppung kita kepada anak anak, jangan hanya bahasa Inggis yang diajari, sekali sekali boleh lah orang tua juga cerita berbagi kisah kisah batak kepada anak anaknya.
Ceritakan kepada mereka apa itu Marbinda, dll biar mereka paham.

Saya itu sering memperhatikan Mami mamih dan Papi papih KECE yang tinggal di kota jarang mengajari anak anaknya hal hal yang berhubungan dengan Batak.
Padahal ini penting supaya anak anak kita kelak masih bisa melestrarikan kearifan lokal dari leluhur kita.
Tentunya kita sepakat bahwa tradisi tradisi masa lalu yang tidak baik harus kita buang jauh jauh, tapi jika tradisi itu Baik dan punya filosofi yang bagus kenapa tidak kita pertahankan ?

Marbinda mengajarkan hal positif kepada kita untuk tidak menjadi PEMINTA MINTA dan kita sebagai orang Batak harus bangga akan hal itu.

Jika tidak kita yang berbagi cerita, SIAPA LAGI ?

4 Desember 2017
Marulak Sinurat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar