Rabu, 21 Juni 2017

-GADIS PARHUTA BALLON-

Seorang gadis par HUTA BALLON merantau ke Jakarta.
Sebenarnya belum terlalu lama beliau merantau, mungkin baru hampir dua semester.

Suatu waktu si Gadis pulang ke Sumatra. Biasanya par huta ballon yang pulang merantau akan menganggap negeri perantauan adalah kota kekinian sedangkan kampung halaman di Sumatra adalah kampung yang Kolot,
sama seperti Gadis Parhuta Ballon dalam cerita ini.
Walaupun belum terlalu lama menghirup udara Ibu Kota TAPI sudah hilang AROMA BATAK dari desah nafas gadis parhuta ballon ini.

Gadis  setengah cantik yang sudah menjelma menjadi gadis berambut Api ini sedang ke warung hombar balok untuk membeli sesuatu.

Aduh mak betapa semakin “MENTEL MANJAH” nya si gadis saat mengetahui di warung sedang berkumpul beberapa Lajang kampung main gitar dan sebagian main catur, dan salah satu yang ada di warung itu adalah Bapak Mittop yang sedang membeli sabun LEKBOI untuk mandi sore setelah seharian mangombak balik di saba.

Maka terjadilah percakapan antara beliau dan pemilik warung….

Gadis Parhuta Ballon :    “Bang… ada ROTE kaga …?

Pemilik warung : “aha ito..?”

Gadis Parhuta Ballon : “ROTE bang…”

Lalu Bapak Mittop menyahut dari sebelah :
“bahhh so nanggo leleng dope ditadingkon ho huta on nga gabe lupa ho bahasa batak ito”

Gadis Parhuta Ballon : “apaan secccc”

Bapak Mittop : “apala sa taon dope ho tu Jakarta an nga gabe gatti ROTI gabe ROTE”

Gadis Parhuta Ballon : “iihhh sebellll…”

Bapak Mittop :  “di Jakarta do ROTE siallangon, molo dison ROTI do siallangaon Alana molo ROTE do didokkon ho mandok DATANG TAIK do ho disi.
RO = DATANG
TE = TAIK
Olo ho mangallang e’ek… ?

Gadis Parhuta Ballon : “ihh..kampungan”

Dengan sangat murka, Gadis Parhuta Ballon pergi meninggalkan Lapo dan membatalkan membeli ROTE.

Ninna par kode ima tu Bapak Mittop : “tupa molo di lojong biang ni Nai Dorantes itoan i tor mangangguk do ibana “inong… oooo…lotakkon biang i… oooo.. inong…ooooo”

-----%-----%------%-----%-----

Batak tidak gengsi,
Batak tidak bertopeng,
Batak sejati adalah ORANG YANG FLEKSIBEL.

Saya lebih senang menyandingkan kata fleksibel daripada kata Bunglon untuk suku Batak sebab Bunglon itu kamuflase sedangkan Batak tidak mengenal kamuflase.
Batak itu to the poin apa adanya
✅A bilang A, B bilang B
✅YA bilang YA, TIDAK bilang TIDAK

Fleksibel dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “lentur, luwes, mudah dan cepat menyesuaikan diri dan beradaptasi”.

✅Batak yang keren adalah batak yang bisa mengikuti ritme hidup suku jawa saat berada dilingkungan jawa.
✅Batak yang keren adalah batak yang bisa masuk kedalam kehidupan suku Sunda saat berada dilingkungan Sunda.
✅Batak yang keren adalah batak yang cepat beradaptasi dengan suku Betawi saat berada dilingkungan Betawi

Dan SATU yang pasti adalah…..
✅BATAK YANG KEREN ADALAH BATAK YANG KEMBALI MENJADI BATAK SAAT PULANG KAMPUNG DARI PERANTAUAN

✅Merantau lah ke penjuru dunia,
✅Belajar lah banyak budaya bangsa,
✅Pahamilah banyak bahasa daerah,
✅Berbaurlah dengan segala lapisan masyarakat,
✅NAMUN SAAT KAMU PULANG KAMPUNG, JADI LAH DIRI MU SENDIRI SEBAGAI ORANG BATAK SEBAB SAAT ENGKAU MENINGGALKAN KAMPUNG HALAMAN ENGKAU JUGA MEMBAWA DARAH BATAK DALAM DIRI MU

Jika berbicara pada konteks GADIS PARHUTA BALLON pada illustrasi diatas sebenarnya tidak masalah gaya bicara dan aksen bahasa yang dia pakai mengacu kepada gaya Betawi sebab memang dia berbaur dengan masyarakat Betawi.
Namun saat dia pulang kampung seharusnya GADIS PARHUTA BALLON tersebut menjadi batak sejati yang tidak perlu beraksen dengan gaya apapun.

Baiklah dongan…Saya tutup tulisan ini dengan statement berikut :

“TIDAK ADA SEORANG PUN ORANG BATAK PERANTAU YANG LUPA BAHASA DAN LOGAT BATAK, TAPI HANYA SEDIKIT ORANG YANG INGIN PULANG KAMPUNG TETAP MENJADI BATAK”

Horas…
Saya Marulak Sinurat

4 komentar:

  1. Kwkwk ai lucu ma tutu parhuta ballon i bah

    BalasHapus
  2. Mantap itoku,salam kenal da ito.
    Agak bereng2 tong blog ku da ito alana sma2 suka nulis do hita.mauliate da ito hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha... sory ito baru baca komen.

      Mauliate ma

      Hapus