Selasa, 21 Maret 2017

-OVER CONTROL SOSIAL-

Inilah realita yang jarang diperdulikan orang "Over Kontrol Sosial" di perkampungan dan "Minus Kontrol Sosial" di perkotaan.
Dua perilaku sosial yang sangat kontras yang sebenarnya akan bagus jika dikombinasikan pada sudut pandang tertentu.

Tentunya perlu keberanian lebih dan 'darah membeku' bagi Saya untuk mem-publish pemikiran Saya ini sebab bisa saja mendapat perlawanan dari orang orang. 

Mengapa saya katakan diperkampungan berkembang pola kontrol sosial yang over ?
Sebenarnya simpel saja, contoh sehari hari akan dengan mudah kita dapatkan.
Diperkampungan itu anda akan mudah melihat pergunjingan yang tidak perlu, misalnya saat seorang perantau pulang kampung dalam kondisi kurus maka akan mudah anda temukan gunjingan :
-eehh pasti dia narkoba
-pasti dia tidak makan di kota
-pasti dia tidak punya uang.
Atau jika ada seorang anak gadis pulang kampung hanya mengunakan aksesoris seadanya maka akan mudah anda dengar gunjingan :
-ihh percuma kerja,masak emas nya aja cuma segitu, lebih tebal lagi rambut ku daripada kalung dia
-ihhh lihat kupingnya, pergi ke kota kosong dan pulang dari kota juga kupingnya tetap kosong.  
Lalu hal terbalik akan dipergunjingkan jika anak gadis yang pulang bergelimang perhiasan :
-ihh lihat Emas nya besar besar, nampak kali jadi perempuan yang tidak benar dia di kota
-pasti dia itu simpanan orang, makanya perhiasannya banyak
-pasti uang pacarnya dihabiskan dia untuk membeli perhiasan. 
Lalu jika yang pulang kampung itu bermobil maka dengan gampang kita mendengar gunjingan :
-udah kaya dia ya, entah darimana uangnya padahal kerjanya biasa aja
-pasti mertuanya orang kaya, makanya kecipratan mobil
-jangan jangan mobil itu uang korupsi.
Atau jika ada anak gadis yang pulang dari kota maka akan banyak gunjingan :
-woii lihat lah, jalannya itu sudah lain, pasti dia sudah bunting, lihatlah mukaknya pucat, lihat dadanya naik turun, lihatlah pasti dia sudah salah jalan
-jangan jangan dia sudah menggugurkan kandungan
-jangan jangan dia jadi perempuan liar di kota

Sebenarnya pola sosial di perkampungan adalah "PEDULI SESAMA" masalahnya Kepedulian itu Over dan Curiga berlebih.
Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat di kampung memiliki sifat curiga.
Hal itu mungkin disebabkan oleh minimnya pendidikan dan wawasan.
Hal lain yang menyebabkan pergunjingan di kampung adalah pola pikir masyarakat di perkampungan yang tidak ingin ada orang lain lebih baik dari dia, secara kemasyarakatan dia akan tunjukan penerimaan dia terhadap keberhasilan orang, namun di dalam hati dia merasa tersaingi jika orang lain, anak orang lain, atau keluarga orang lain lebih hebat dari keluarga dia.
Pola pergunjingan di perkampungan juga bisa dipengaruhi dari minimnya sarana hiburan.

Lalu Perihal gunjingan ini akan sangat kontras dengan kehidupan di kota.
Masyarakat perkotaan juga sebenarnya memiliki "KEANEHAN PERILAKU" yang serius yaitu tidak perduli apapun yang terjadi.
Di kota itu tidak akan ada yang perduli Anda tidur jam berapa ? kerja apa ? uang berapa ? mobil berapa ?
Bahkan di kota itu tidak pernah mau tau sebuah rumah tidak terbuka pintunya selama 3 hari sampai nanti bau busuk belatung yang mengantarkan pendapat warga bahwa penghuni rumah itu sudah meninggal.
Di kota tidak perduli perut wanita itu buncit karena gendut atau karena hamil.
Tidak pernah peduli seorang wanita membawa berganti ganti laki laki ke kamar, atau seorang laki laki yang berganti ganti membawa wanita.
Tidak pernah perduli dengan harta orang lain, mau rumah berlantai emas, mau mandi pakai berlian, mau makan pakai sendok perunggu, mau tidur beralas uang , tidak ada yang perduli itu.
Masyarakat perkotaan hanya perduli dengan slogan "selagi anda tidak mengganggu saya maka saya tidak akan mengganggu anda".

Tapi sebenarnya kedua perilaku sosial itu bisa dipadu padankan agar netral. 
Dan yang berpungsi sebagai penetral adalah anak anak muda yang pintar dan berwawasan luas.
Anak anak muda itu harus bisa mangarahkan orang tua dan keluarga mereka agar netral dalam bersikap. Dimulai dari keluarga dulu, nanti akan ada keluarga lain yang menyusul. 
Jadi kalau kamu mendengar orang tua kamu bergunjing : "eehh lihat si polan, jalannya sudah lain..." Maka sebagai anak muda kita harus menjelaskah : "Mak... Tidak boleh menggunjingkan orang tanpa bukti, bisa saja kakinya terkilir, atau kena duri, atau terantuk batu".

bukankah anak muda harusnya melihat satu hal dari banyak sisi ?
Nah, Jika anda sebagai anak muda suka menggunjingkan leher orang "berwana kuning atau tidak" berarti sama saja anda belum memiliki pola sosial yang sehat. 

OVER dan MINUS sebenarnya jika dikombinasikan akan menghasilkan sesuatu kepedulian dengan dalih yang benar.

Bagaimana ? Anda over atau minus ?

-Marulak Sinurat-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar