Selasa, 01 November 2016

NAPAK TILAS SIGOMPULON,PAHAE JULU

Untuk pertama kalinya tahun 1990 aku menginjakkan kaki disebuah desa terpencil nan asri di Kecamatan Pahae Julu, kabupaten Tapanuli Utara. Desa Sigompulon namanya, dikelilingi oleh pegunungan biru, hamparan sawah dan ladang membentang luas serta hutan alam yang masih alami.
Pertama sekali memasuki desa ini aku merasa sedang berada di dunia lain, sepi sekali, bahkan kesan mistis terasa nyata, anak seusia aku pada saat itu hanya bisa memalingkan wajah dari sebuah pohon beringin tua yang sangat besar ditengah tengah kuburan tua tepat didepan rumah, tidak sanggup rasanya menatap kesana, seperti ada sepasang mata yang megawasi dari pohon itu.
Lalu untuk pertamakalinya juga aku harus ketakutan mendengar suara beruang di hutan, ternyata suara beruang itu menyeramkan, masyarakat desa ini menamakan beruang “Goppul”, mungkin ini yang menjadi cikal bakal nama desa SIGOMPULON karena di desa itu banyak sekali Goppul (Beruang). Aku juga masih ingat lari terbirit birit mendengar suara ‘sese’ , awalnya aku berpikir ‘sese’ itu suara hantu yang sedang menjerit. Di desa ini juga aku melihat ular Cobra sebesar paha orang dewasa yang akhirnya membuat aku menjadi fobia ular seumur hidup.
Tapi semua ketakutan itu berrubah menjadi Kenikmatan beberapa bulan berikutnya saat aku mulai menemukan teman teman kecil ku yang lucu tapi Garang, mereka garang sekali, tidak penakut seperti aku. Aku mulai menikmati ritme kehidupan di desa ini, lambat laun aku mulai berani menatap pohon beringin tua di depan rumah, perlahan namun pasti teman teman kecilku mulai membawa aku bermain dibawah pohon itu, walau awalnya aku merasa ada hantu di pohon itu tapi aku mendengar saran teman teman ku bahwa jika kita tidak mengganggu maka hantu juga tidak mengganggu...HaHaHa pemikiran anak anak yang lugu tentunya..
Aku mulai menikmati ajaran teman temanku yang GARANG saat mencari kayu di hutan :
  • ajaran jika bertemu harimau jangan takut, katakana saja “sattabi oppung”
  • ajaran jika bertemu babi hutan jangan lari lurus, lari saja leter ‘L’ karena babi hutan tidak bisa belok mendadak.
  • ajaran kalau bertemu beruang jangan memanjat pohon
  • ajaran kalau berjalan di semak sebaiknya pakai tongkat kayu siapa tau didepan ada ular
  • ajaran kalau mendengar suara dari arah yang tidak jelas supaya jangan disahuti, karena bisa jadi itu adalah “homang”
  • ajaran supaya mematahkan satu ranting kayu setiap memasuki hutan semakin dalam agar jika kesasar patahan ranting kayu bisa jadi petunjuk awal perjalanan.
  • ajaran untuk membelah pohon bambu saat haus sebab diruas bawah bambu menyimpan air
  • ajaran untuk memakan berbagai macam buah hutan, baja,salam,dabudakka,haramonting,sotul,hapundung,riup,sihim dan masih banyak lagi
Dan ternyata seiring berjalannya waktu aku mulai merasakan hasrat itu… Hanya saja rasa ketakutanku saat itu bukan lagi pada kuburan tua, bukan pada pohon beringin itu, bukan pula pada hatu, ketakutan ku berganti kepada sebuah kekuatan mistik yang katanya sangat besar kala itu… Lagi lagi aku mendapat ilmu antah berantah dari teman kecil ku yang lugu tapi garang itu
  • jangan makan makanan dari pemberian orang yang tidak dikenal
  • jangan jajan sembarangan, HeHeHe hal inilah yang membuat uang jajan ku 50 rupiah tahan sampai dua bulan tidak habis
  • jika berpapasan dengan beberapa nama yang sudah memiliki track record mistik, jangan tatap matanya sebab katanya dari tatapan itu bisa menyalurkan sesuatu, HaHaHa.. ajaran teman teman ini yang pada akhirnya membuat aku memalingkan wajah dari orang orang dalam list tersebut
  • jika kamu ditepuk oleh orang orang dalam list nama tersebut, maka balas lagi menepuk beliau agar apa yang disalurkan ke tubuhmu mental kembali. semoga kekuatan mistis itu apakah mitos ataukah nyata tidak ada lagi saat ini, semoga semakin dalam pemahaman wargannya tentang Agama dan keTuhanan
Tapi it’s okey semuanya pengalaman masa kecil itu, semuanya menjadikan hidupku berwarna, aku menikmatinya dengan senang hati..
-aku bisa berbahasa batak dari desa ini
-aku bisa mar-surat/aksara batak dari desa ini
-aku bisa menjunjung air dalam ember besar dikepala dari desa ini
-tinggi badanku bertambah didesa ini sebab setiap hati harus berjalan kaki
-aku juga merasa sehat di desa ini sebab makannya alami, di kota hanya bisa memakan daging ayam sioto, tapi disini aku bisa menikmati daging Ursa (Rusa), musang, ular, babi hutan, monyet (aduh untuk monyet ini cukup sekali, aku tidak tega, persis seperti manusia.. tidak lagi mau melihat monyet disembelih), belum lagi kerbau, ayam, babi dan segala ternak yang tidak menggunakan pakan pabrik seperti di kota


------------------------------------------------------
Lalu setelah 23 tahun berlalu…..
Aku ingin membuka kembali kenangan itu, ingin mengunjungi kembali SIGOMPULON na uli… napak tilas… yess aku ingin menyusuri tapak masa kecil ku…
Gairah pertama lansung menyembur saat aku bisa menatap kembali Onan Hasang, kota ini hamper masih sama seperti yang dulu…
Lalu aku menatap LAPANGAN SIRIHIT-RIHIT, disini selalu diadakan acara 17 agustus dari semua desa di kecamatan Pahae Julu, berbeda dengan di kota yang hanya diwakili satu kelas untuk satu sekolah, kalau disini semua murid dari setiap sekolah ikut serta. Satu gairah yang luar biasa untuk mengikuti upacara bendera disini, ada TUMBA, TORTOR,GALA, VOCAL GRUP, DRAMA SI BUTET dan banyak perlombaan tradisional lainnya.Diseberang lapangan ada simpang Sotul masyarakat disana menamainya SIRPANG SOTUL), simpang menuju SIGOMPULON, Lalu gairahku benar benar tidak terbendung saat melihat JEMBATAN BAILEY YANG MENJADI ICON LEGENDARIS SIGOMPULON… jembatan sejuta kenangan yang tidak mungkin bisa dilupakan, airnya yang deras berarus, ikannya banyak dan tentunya semua itu menjadi anugrah melimpah kepada pertanian warga.. jembatan ini masih sama seperti 23 tahun yang lalu.. dari sungai ini untuk pertama kalinya aku memakan ikan khas batak ‘IHAN’.
Lalu sekali ini kami harus menyerah dengan medan berat di tanjakan pancur tarutung menuju desa pertama “Tara Bunga”, tiba tiba hasrat ku meredup sebab kami tidak bisa melewati jalanan ini.
Tidak mau kehilangan momen lalu dengan semangat 45 aku masih menyusuri jalan menanjak dengan berjalan kaki, hanya ingin melihat komplek rumah kami yang dulu… seperti ada sesuatu yang mengalir dari mataku saat melihat komplek SD N Tarabunga sudah rata dengan tanah, tidak ada lagi rumah Pak Regar/ibu Br.Simorangkir, tidak ada lagi Rumah Pak Hombing/ibu Br.Purba, tidak ada lagi rumah kami, dan tidak ada lagi bangunan sekolah SD.
Tahun 1993 sat SD ini masih beroperasi satu persatu penghuni komplek pindah ke desa lain, diawali dari Pak Hombing/ibu Br.Purba yang pindah ke Lumban Gaol, lalu disusul dengan Pak Regar/ibu Br.Simorangkir pindah ke Nahornop, lalu tak lama kami menyusul pindak Ke Tarabunga karena tidak berani tinggal sendiri di komplek itu. Aku melihat komplek itu menjadi hamparan hutan baru, terharu sekali. Disini aku menghabiskan masa kecil ku.di pinggir komplek aku melihat pohon petai (PARIRA) yang dulu masih ada,, ohh pohon itu sedang berbunga.. ternyata pohon petai parira itu masih hidup.
Lalu aku melihat Pohon Beringin legendaris di kuburan tua tepat diseberang komplek SD, waaooo… pohon itu masih tumbuh tegak sama seperti 23 tahun lalu. Pohon beringin yang menebar aura berbeda.. aku menatap pohon itu dari bawah hingga ke pucuk pohon, dalam hati aku berbisik : SELAMAT BERTEMU KEMBALI pohon Legendaris, aku datang untuk melihat mu…
Aku mengarahkan pandangan ku untuk terahir kalinya ke jalan kecil menuju Tara Bunga, aku tersenyum menahan sesuatu agar tidak mengalir dimataku…Maafkan aku tidak bisa melanjutkan perjalanan karena mobil kami terjebak dibawah, lain waktu aku akan kembali lagi… aku akan melihat Tarabunga, Huta Bakkudu, Lumban Gaol, Lumban Tonga, Nahornop, Aek Tandiang, Utte Godang, Jonggi, dan semuanya..
Aku ingin bernostalgia dengan Onan Jurgang, aku ingin lihat lagi Gereja HKBP yang berdiri megah, ingin melihat rumah Nai Hekmon di lumban tonga (ingin mencicipi kua talam istimewa jika masih memungkinkan), ingin makan salak Inong ni si Mersiana dongan sasikkola, ingin memakan pining bawangin, ingin melihat SMP N Sigompulon tempatku mengenal cinta monyet,Ingin melihat guru guru ku yang telah berjasa mendidik aku. Ingin mencicipi sasagun khas sigompulon, dan bila bernasib aku ingin mencicipi kembali ‘ALAME’ dodol khas Sigompulon….
Tunggu aku kembali ke SIGOMPULON… separuh jiwaku tertanam disini… love Sigompulon

7 Pebruari 2016, salam parhorasan sian hami :
M.Sinurat / R.Br.Tumanggor , Marulak Sinurat, Eva Sinurat, Jack Sinurat, Leo Sinurat.... HORASSSSSSS... !!!!
 
copyright - 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar