Jumat, 14 Oktober 2016

-DANAU "BUKAN TOBA",ANCAMAN SERIUS YANG HAMPIR TERLUPAKAN-

Kemeriahan Danau Toba dalam duplikat Monaco Asia memberi dampak luar biasa bagi masyarakat sekitar kawasan Danau vulkanik terbesar di Indonesia ini,
tidak tanggung tanggung rencana pembangunan kawasan Danau Toba menjadi destinasi wisata kelas dunia datang dari pemerintah pusat.
tentunya energi kegairahan ini membuat semua masyarakat seperti baru terbangun dari tidur lelap, betapa tidak berpuluh puluh tahun kecantikan danau Toba seperti tidak mendapat apresiasi dari pemerintah daerah, berpuluh puluh tahun pula Danau yang pernah masuk nominasi The New Seven Wonder ini seperti kurang perawatan "cantik dari jauh tetapi jelek dari dekat",
itu sebabnya kegairahan Presiden RI Bapak Jokowi yang sangat merakyat ini langsung berbalas KEGAIRAHAN MEMBARA dari semua lapisan masyarakat terutama yang bermukim di kawasan Danau Toba. 

Saya mengambil judul tulisan diatas sebagai satu "Satire Ironi" dalam langkah persuasif terhadap ancaman hilangnya WARNA LOKAL dalam setiap denyut pembangunan. 

Dalam ruang lingkup pembangunan Danau Toba tentunya Booming kunjungan wisata adalah target utama, tapi ternyata banyak sekali lapisan masyarakat yang salah berpendapat mengenai target utama tersebut. 
Kesalahan persepsi inilah yang dengan halus kadang berhembus dari dunia kapitalis yang seolah olah membuai masyarakat lokal.
halus terbuai.....!!!

Persepsi yang muncul adalah pembangunan pariwisata Danau Toba bertumpu pada pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendukung dalam bentuk fisik seperti jalan tol, hotel, resort, club malam, kafe, arena bermain modern dll sehingga muncul anggapan keliru jika hal tersebut tidak ada maka satu objek wisata tidak akan berkembang. 
Persepsi keliru ini yang menyebabkan banyak masyarakat pasrah terhadap tawaran pembelian lahan dari para investor.

Saat ini dan tahun tahun berikutnya mungkin para investor dalam dan luar negeri sudah melirik lahan "sensual bergairah" yang punya nilai tinggi dan dengan iming iming segepok rupiah maka penduduk lokal yang kurang hati hati akan terjebak dengan tawaran ini sehingga merelakan tanahnya dibeli investor.
Hal ini menjadi ancaman serius yang kadang tidak disadari masyarakat.

Masyarakat yang bermukim di Samosir dan daerah sekitar kawasan Danau Toba harus arif bijaksana. JANGAN JUAL TANAH KALIAN UNTUK INVESTOR apalagi tanah produktif dan stategis serta tanah tanah bernilai adat tinggi.
Kita harus banyak belajar dari kota kota lain di Indonesia yang penduduk lokal nya harus tersisih kepinggiran.

Apakah masyarakat Samosir dan kawasan Danau Toba mau menjadi penonton ?
Jika kalian menjual Tanah kepada investor maka hanya satu generasi keluarga yang mungkin menikmati hasil penjualan tersebut, lalu 20 tahun berikutnya akan muncul suara suara anak muda yang merasa TERSISIH di BONA PASOGIT sendiri.
Tersisih... mundur perlahan lalu akan hilang dari catatan.

Kita harus pahami bisnis jual beli tanah sama seperti bisnis pelacuran, begitu transaksi selesai TIDAK ADA HUBUNGAN apa lagi. Paham Kah akka dongan ? Seorang investor yang membeli tanah warga lokal dan membangun hotel bintang lima tidak akan pernah peduli siapa pemilik tanah sebelumnya, mereka hanya berpikir keuntungan sebesar besarnya.
Jangankan memikirkan si pemilik tanah, memberi pekerjaan saja belum tentu mau.

Marilah belajar untuk mencintai BONA PASOGIT...
-Apakah kita mau Danau Toba menjelma menjadi Danau "Bukan Toba" ?
-Apakah penduduk lokal mau tersisih ke pedalaman karena buaian investor ?
coba Pelajari history berbagai kota yang kehilangan identitas

-Apakah kita tidak memikirkan desa desa adat di BONA PASOGIT yang terancam hilang jika perilaku jual tanah ini dilakukan secara membabi buta ?
-Apakah penduduk lokal tidak memikirkan suatu saat nanti jika semua tanah dijual maka untuk mandi saja Anda harus bayar karcis ?
Ini tanah kita, tumpah darah kita tapi mandi juga harus bayar, bagaimana akka dongan ?
bahkan untuk menikmati matahari tenggelam pun Anda harus bayar nantinya.
-Apakah kita tidak pikirkan TORTOR BATAK akan berubah menjadi musik DJ ajep ajep kelak ?

Lalu... apakah warga lokal tidak boleh menjual tanahnya kepada investor ? Tentunya boleh saja akka dongan, tapi jual lah tanah yang kurang produktif dan bukan di lokasi strategis, jangan lakukan menjual tanah yang ada nilai sejarahnya.
Lalu jika saja akka dongan di Bona Pasogit mau bermufakat untuk tidak menjual tanah dengan mengganti pola jual tanah dengan sistem SEWA atau BAGI HASIL atau dalam bahasa lokal disebut BOLA PINANG.
Jika sistem ini bisa disepakati warga lokal maka investor yang menanamkan modal bisa berkembang tapi tanah tersebut tetap milik warga lokal, tentu saja hal ini tidak bisa berjalan jika warga lokal tidak kompak, harap di ingat bahwa KEKUATAN APAPUN DALAM UNDANG UNDANG AKAN KALAH DENGAN SATU KATA MUFAKAT seperti kata pepatah Batak TOGU URAT NI BULU TOGUAN URAT NI PADANG, TOGU NIDOK NI UHUM TOGUAN NIDOK NI PADAN.

Danau Toba dan sekitar kawasannya akan tetap bisa berkembang pesat dengan satu identitas diri yaitu BUDAYA dan ADAT.
Budaya itu yang menjadi kekuatan terbesar di BONA PASOGIT dan itu yang harus dijadikan senjata utama.
Kehadiran wisatawan manca negara ke kawasan Danau Toba bukan untuk menikmati fasilitas hotel bintang lima, bukan itu yang mereka cari...
mereka datang jauh jauh dari negara asalnya untuk menikmati Budaya dan keindahan alamnya.
Jadi sebaiknya masyarakat sekitar konsen terhadap budaya dan kelestarian alam, abaikan buaian investor untuk membeli tanah dengan iming iming pembangunan.

Tentunya kita tidak mau bukan suatu saat nanti anak anak kita berkata "tidak adil... kami putra daerah menjadi anak tiri di daerah kami, kami tersingkir ke pinggiran...''
Nahh... jika tidak ingin menjadi anak tiri di BONA PASOGIT, JANGAN JUAL TANAH KITA kepada investor tanpa pertimbangan matang.

DANAU TOBA adalah milik Indonesia, milik kita bersama, tetapi Tanah disekitar kawasan Danau Toba adalah tanah penduduk lokal yang harus dipertahankan.
CINTAI DANAU TOBA, CINTAI BONA PASOGIT... HORAS....!!!

copyright 2016 ;
Marulak Sinurat
Cc : Para Pemuda Pencinta Adat dan Budaya BONA PASOGIT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar