Kamis, 13 Oktober 2016

-WANITA DI TOMBARA-

Sejak ratusan tahun yang lalu wanita didefinisikan sebagai mahluk yang harus mengabdi kepada pria.
Hal ini kelihatan sangat jelas dikalangan raja raja yang menempatkan wanita tidak lebih dari budak seks sang raja, itu pula sebabnya seorang raja bisa mempunyai belasan bahkan puluhan wanita sebagai selir pemuas nafsu.
Pola perbudakan wanita oleh raja raja ini akhirnya diadaptasi juga oleh rakyat secara umum yang menempatkan wanita tidak lebih dari pesuruh. 
Seolah olah hal ini adalah satu kebiasaan dan keharusan yang hakiki sehingga perbudakan wanita ini menyebar merata diseluruh dunia.

di Indonesia sendiri pola perbudakan wanita terasa jelas dan nyata.
Pada jaman penjajahan para kompeni dan penjajah yang datang ke Indonesia tanpa membawa istri akan menjadikan wanita Indonesia sebagai objek seks.
bukan hanya sebagai objek , sebagian orang tua bahkan ada yang memberikan anak gadisnya kepada penjajah demi iming iming hidup yang lebih layak. 
Itulah sebabnya banyak sekali wanita Indonesia yang menjadi JUGUN IANFU secara paksa pada masa itu.

Semua pola perbudakan wanita ini akhirnya menjadi KISAH NYATA yang menyakitkan bagi masa depan bangsa.
Wanita di deskripsi kan sebagai mahluk yang lemah, mahluk yang harus tunduk pada pria, 
mahluk yang tidak boleh membantah sekalipun sedang disiksa, 
mahluk yang hanya bisa menangis dikegelapan malam.

Hingga akhirnya seorang pejuang wanita yang luar biasa lahir dan mendobrak segala bentuk penindasan terhadap wanita, wanita yang membuka tabir kegelapan selama berabad abad.
Dialah R.A. Kartini, tokoh sentral dari segala macam pembelengguan HAK Wanita di Indonesia.
Perlahan tapi pasti belenggu ini mulai dibuka masing masing daerah, semua suku bangsa di Indonesia berlomba lomba untuk melepaskan kegelapan yang selama ini melekat pada wanita Indonesia. 
GELAP ITU HARUS MENYINGSING !!!

Lalu…. 
Mari Anda semua saya bawa “Marsolu” menyusuri Danau Toba…
Kita mau melihat wanita di Bona Pasogit dalam segala keterbatasannya.
Saya akan menyebut wanita wanita Batak sebagai KARTINI BORU NI RAJA. 
Mengapa boru ni raja ? karena wanita harus SANGAP dan DIPASANGAP.
KARTINI BORU NI RAJA adalah wanita wanita Batak yang menyimpan banyak cerita dalam dirinya.

Langkah Anda akan saya hentikan pada satu tempat. Tempat apakah itu ?
Tempat yang kecil dan tidak ada istimewanya namun bermakna dalam, 
Tempat yang menjadi daya tarik para wanita Batak untuk mengapresiasikan segala isi hatinya... 
Anda tau tempatnya apa itu dan apa istimewanya ? 

Tempat itu adalah TOMBARA !!!
Tombara akan menjadi simbol gerakan Kartini pada wanita Batak.
Tombara akan menjadi tempat menguji mental dan kekuatan wanita batak dalam bersaing hidup.
TOMBARA adalah TIANG PENYANGGA KARTINI.

Secara struktur Tombara berada dibawah, 
tapi para wanita yang berada dibawah itu pada akhirnya  mampu menaikkan derajat keluarga.
Wanita wanita Batak menggunakan Tombara sebagai tempat BERTENUN manakala suaminya yang hebat terlalu asik minum di KEDAI TUAK. 
Mereka tidak hiraukan lagi tabiat suaminya, 
Mereka tidak hiraukan lagi apakah suaminya pulang jam 8 malam atau jam 2 pagi, 
yang mereka pikirkan bagai mana agar kain tenun segera selesai dan dijual sehingga asap di dapur terus mengepul.
Yang mereka pikirkan bagai mana caranya agar si Uccok dan si Butet bisa sekolah setinggi tingginya.

Tombara menjadi tempat para wanita batak untuk menambah nafkah hidup selain dari hasil berladang, 
di Tombara ini wanita wanita Batak akan memelihara beberapa ekor babi dengan harapan akan beranak pinak dan bisa dijual untuk kebutuhan sekolah si Uccok dan si Butet, agar mereka tidak ketinggalan pendidikan, agar pintar, bisa jadi sarjana, bisa jadi pegawai, dan tidak memegang cangkul lagi.
Para wanita batak ini dengan tekun mengurus beberapa ekor babi Piaraannya sementara suaminya sedang asik MAIN JUDI.

Tombara menjadi tempat bagi wanita batak untuk menyimpan perkakas ladang dan sawah.
ada cangkul disitu, ada babat, arit, bambu, goni ,sorongan, keranjang dll.
Perkakas ini yang akan digunakan wanita Batak untuk membajak sawah manakala sang suami sedang asik membahas harta kekayaan orang di kedai kopi.

Tombara menjadi tempat para wanita batak bersosialisasi dan berkumpul walaupun hanya sekedar Marsihutu (mencari Kutu). 
Sambil Marsihutu mereka akan saling berbagi tentang bagaimana cara mereka untuk lepas dari ketertinggalan dan ketertindasan.

Tombara menjadi tempat wanita batak menjerit sekuat tenaga dalam batinnya yang sunyi....
Bercerita kepada tiang tiang Tombara yang kaku,
Mangandung kepada Alogo Na Mangullus,
Berbisik kepada Sampuran Na Mamolus...

di Tombara ini sang Wanita batak berbisik :
"Aku kuat mangombak balik…
"Kuat menghadapi kerasnya hidup...
"Kuat menerima kenyataan KEDAI TUAK sebagai rumah suamiku…
"Kuat mencari uang untuk membeli susu anak ku saat uang suami habis untuk ROKOK...
"Kuat untuk menghadapi kenyataan tanganku KASAR dan KAPALAN manakala Tangan SUAMI MULUS TAK BERCELA karena hanya memegang KARTU JUDI... 

Hanya dua hal yang membuat wanita Batak Takut bermenung di Tombara :
1. Takut melahirkan tanpa ditemani suami
2. Takut menghadapi kekerasan dalam rumah tangga

Sebab untuk kedua hal itu, wanita batak tidak akan Berbisik kepada Alogo Na Mangullus dan tidak akan berkeluh kesah kepada Sampuran Na Mamolus.

Selamat dan Salam untuk wanita Batak dimanapun berada…
untuk Anda yang sudah punya istri, hargai istri Anda sebab istri adalah saluran berkat dalam rumah tangga.

Semoga bermanfaat 
Horas Bangso Batak

copyright 2016 - Marulak Sinurat
*image from google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar