Sabtu, 15 Oktober 2016

-PENYAKIT ODGJ PASCA PILPRES 2014-

Thema yang Saya ambil hari ini mengenai penyakit ODGJ yang merupakan Akronim dari Orang Dengan Gangguan Jiwa usai perhelatan akbar Pilpres 2014. Sebagai seorang yang sering menulis ada baiknya Saya harus menyampaikan satu hal kejujuran bahwa Saya bukanlah pemilih Jokowi, pada masa pilpres 2014 ada satu hal mendasar yang membuat Saya menetapkan pilihan pada capres lain, namun Saya menentukan pilihan bukan didasari kebencian pada pasangan Jokowi, Saya mendasari ke ikhlasan pada hati dalam memilih segala sesuatu. 
Faktor ini yang akhirnya membawa Saya menjadi orang yang tidak pernah merasa sakit hati kepada Jokowi malah pada perjalanan kepemimpinan Jokowi, Saya menjadi pengagum beliau dan selalu mengapresiasi segala kebijakan beliau.  
Lalu jika Saya yang bukan pemilih Jokowi bisa menyambut uluran tangan beliau, mengapa masih ada ribuan orang yang benar benar tidak bisa menerima kenyataan bahwa negara Indonesia ini sudah memiliki seorang pemimpin pilihan rakyat bernama Jokowi ? tentunya jawaban yang paling relevan untuk mereka adalah rasa kebencian abadi dalam diri yang tidak pernah dicoba untuk dihapus. Akumulasi rasa Kebencian yang menumpuk dari hari ke hari ini yang akhirnya menjadi sindrom penyakit ODGJ.

Orang Dengan Gangguan Jiwa "ODGJ" ini tidak akan pernah bisa tenang jiwanya melihat segala aktivitas Jokowi, apapun itu yang dilakukan Jokowi selalu salah, selalu di hina, selalu di benci, selalu di caci, hanya itu yang bisa mereka lakukan. 
Lalu apakah mereka pernah mengkoreksi atau meng-evaluasi apa yang dilakukan oleh Jokowi ? 
Tentunya TIDAK, sebab mereka sudah GILA sehingga tidak bisa lagi memberi masukan positif.
Saran dan kritik membangun hanya bisa dilakukan oleh ORANG NORMAL, bukan kah begitu ? 
Orang orang pengindap ODGJ PASCA PILPRES ini tidak pernah tau bahwa masyarakat Indonesia butuh seorang pemimpin yang merakyat, yang sederhana, yang tidak memberi jarak antara si kaya dan si miskin. Mereka tidak akan tau jika selama ini masyarakat pedalaman Papua, Sulawesi, Kalimantan, dan  Sumatera merindukan kehadiran Presiden di daerahnya, mereka tidak tau kalau kehadiran Presiden di satu daerah akan mengangkat semangat penduduk lokal untuk bangkit bersama sama  pemerintah dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Karnaval Kemerdekaan 2016 bertajuk Pesona Danau Toba yang baru saja usai dihelat akhirnya menghadirkan ribuan ODGJ korban Pilpres yang tidak pernah henti hentinya menghina dan mencaci.  
Diawali dari pernyataan Sesepuh suku batak yang mengatakan Jokowi adalah Presiden satu satunya yang pernah mengunjungi Pulau Samosir, lalu banjir lah hujatan dari para ODGJ yang mencoba mematahkan pendapat tersebut dengan mengutip catatan sejarah bahwa Presiden Sukarno juga pernah ke Samosir. 
Tapi bukankah dalam catatan sejarah juga dituliskan bahwa Sukarno diasingkan ke Parapat ? dan Parapat itu bukan Samosir. 
Dapatkah para ODGJ memberi sumber akurat kepada Saya bahwa Sukarno pernah ke Samosir ? 
Kemudian para ODGJ memaparkan bukti baru bahwa Presiden SBY juga pernah ke Toba Samosir. 
Apakah hal ini benar ? Tentu saja benar, namun para ODGJ harus tau juga bahwa Toba Samosir itu bukan Pulau Samosir. Toba Samosir adalah nama kabupaten dengan Ibu kota Balige yang terletak di tepi Danau Toba. Sedangakan Pulau Samosir yang berada di tengah Danau Toba adalah Kabupaten Samosir dengan Ibu kota Pangururan. Apakah para ODGJ tidak tau bahwa Danau Toba yang begitu luas dan indah dikelilingi oleh 7 Kabupaten ?

Tak berhenti sampai disitu, masih dalam rangkaian Karnaval Kemerdekaan ini para ODGJ dan penganut "sekte penebar kebencian" kembali menghina Penutup Kepala yang dikenakan oleh Jokowi. 
Orang yang sehat dan Normal akan bertanya apa nama penutup kepala itu dalam bahasa batak ? Terbuat dari apa ? Bagaimana cara membuat ?  
Tapi yang dilakukan orang gila hanya sebatas  menghina. 
Tahu kah anda bahwa penutup kepala yang dipakai oleh Jokowi adalah Talitali ? Tentu Anda tidak tau karena anda sudah terdampak sindrom ODGJ akut.

Lalu apa yang salah dari talitali Jokowi sehingga anda kehilangan akal sehat ?  
Saya akan coba suntik sedikit "Vaksin Asli" ke otak para penebar kebencian. 
Suku Batak terdiri dari 5 puak, salah satu puak nya adalah Batak Toba. dalam perkembangannya Batak Toba sendiri memiliki keunikan dan spesifikasi tersendiri sesuai wilayah, keunikan ini bisa dalam bentuk logat atau dialek dan juga pakaian adat. 
Ada istilah Batak Samosir, Batak Toba (maksudnya bermukim di daerah Toba), Batak Humbang, dan Batak Silindung. dialek dan pakaian adat di masing masing daerah ada sedikit perbedaan dan itulah kekayaan budaya.

Talitali yang dipakai Jokowi tersebut adalah penggabungan dari Samosir, Humbang, Toba dan Silindung karena sebelum ada pemekaran wilayah dulunya semua daerah tersebut berada dalam satu kabupaten Tapanuli Utara.  
bagian yang menjuntai disisi talitali bukan rambut palsu seperti yang disebut para ODGJ, itu adalah RAMBU (dalam bahasa Indonesia Rumbai), biasanya rambu talitali berwarna merah, namun ada filosofi mengapa untuk Jokowi diberi warna putih. 
Putih di kepala menandakan Tua, dan Orang Batak ingin memberi kehormatan kepada Jokowi sebagai orang yang dituakan. Tidak sembarang orang bisa memakai talitali dengan Rambu Putih, hanya orang orang tertentu yang dituakan saja.

Jadi buat para ODGJ KORBAN PILPRES, perlu Anda pahami tidak ada yang salah dengan talitali yang dipakai oleh Jokowi. 
Saya akan berikan Gambar pembanding kepada para ODGJ agar lebih paham bahwa talitali Jokowi sama dengan talitali yang ada di Samosir hanya saja di padu padankan dengan yang ada di Humbang dan Silindung.

#ODGJ 
Semoga Suntik #Vaksin_Asli ini bisa membuka wawasan penganut kebencian abadi. 

Keterangan gambar : 
gbr.1 talitali yang dipakai Presiden RI Bapak Jokowi pada karnaval kemerdekaan yang merupakan perpaduan dari Samosir, Humbang dan Silindung.
gbr.2 talitali dari Samosir. 
gbr.3 ragam talitali dari daerah batak. 
gbr.4 talitali yang dipakai Mantan Presiden RI Suharto saat menghadiri Jubileum 125 tahun HKBP di Pearaja Tarutung tahun 1986 yang pure Silindung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar